Untuk Ibuku (Orang Tua Menghalangi Dakwah)


oleh Muhammad Saiful Amri al-Mujahid

Sedih….
Kecewa….
Kesal…

Mungkin beberapa kata di atas bisa menggambarkan perasaanku, dan mungkin juga menggambarkan perasaan kawan-kawan seperjuanganku.

Ketika ada banyak dari kawan-kawanku yang memilih untuk meninggalkan sebuah tugas mulia, atau enggan untuk mengemban tugas mulia, (tugas yang pernah di emban oleh manusia paling mulia yang pernah ada sepanjang masa, tugas yang pernah di emban oleh generasi-generasi pejuang-pejuang terbaik), yakni tugas mengemban RISALAH, IDEOLOGI SEMPURNA yang telah diturunkan DZAT YANG MAHA KUASA, karena alasan ORANG TUA.

Pada kesempatan kali ini, aku hanya ingin berbagi pengalaman, karena semua yang aku tulis di note ini pasti pernah dirasakan dan dialami oleh para pejuang-pejuang ALLAH. Keadaan dimana kita diberikan 2 pilihan. Terus BERJUANG, atau BERHENTI karena dapat LARANGAN dari ORTU.

Diharapkan setelah membaca note ini kita semua dapat mengambil keputusan yang tepat dalam menyikapi dilema ini.

LET’S CUKIDOT….

***

Alhamdulillah. Segala puji bagi ALLAH yang telah melahirkan aku dari rahim seorang MUSLIMAH, dari rahim seorang IBU yang benar-benar menyayangiku. Dan aku dibesarkan oleh kedua orang tuaku yang luar biasa. Dan syukur yang tiada terhingga, karena aku masih di izinkan untuk bersama mereka di dunia ini hingga detik aku menulis note ini, karena tak semua anak bisa merasakan nikmat yang satu ini.

Semoga ALLAH selalu melimpahkan rahmat, taufik, hidayah dan ampunannya kepada kedua orang tuaku, dan mudah-mudahan aku dikumpulkan bersama mereka dan kedua adikku di SYURGANYA kelak. AMIN YA RABBAL ALAMIN….

Adalah wajar ketika orang tua (khususnya IBU) mengkhawatirkan anaknya. Bersyukurlah, berarti kita masih di SAYANGI oleh keduanya. Ketika kita pulang larut, kita lalu dimarahi, ketika kita pergi dan lupa berpamitan orang tua jadi panik dan terus-terusan nelpon kita, atau ketika kita (yang jadi perantauan di daerah orang) terlambat menelpon memberi kabar tentang informasi teraktual kita, sehingga orang tua kita jadi khawatir. Itu semua adalah bentuk kasih sayang yang diberikan oleh kedua orang tua kita. Termasuk ketika seorang anak yang telah beranjak dewasa dan sudah di kenai hisab atas setiap perilaku dan perbuatan yang ia lakukan mengambil sebuah pilihan (atau dihadapkan pada 2 pilihan), yakni memilih menjadi pejuang-pejuang ALLAH, pejuang-pejuang ISLAM.

Hal ini pun tak luput dari kecemasan yang senantiasa mengiringi kedua orang tua (apalagi IBU) kita. Wajar memang, karena opini yang berkembang di masyarakat sekarang adalah pejuang ISLAM adalah EXTRIMIS, RADIKALIS, FUNDAMENTALIS. (SELAMAT BUAT PERS YANG TELAH BERHASIL MELAKUKAN TUGASNYA. TAPI INGATLAH HAL ITU TAKKAN BERHASIL BAGI PEJUANG SEJATI).

Ada beberapa hal yang menjadi alsan bagi orang tua untuk melarang anaknya terlibat dalam hal-hal seperti ini, di antaranya:

1. TAKUT ANAKNYA JADI “TERORIS”
Sekali lagi, SELAMAT buat PERS, yang telah berhasil menyebarkan racun, opini sesat ditengah-tengah masyarakat. Termasuk kepada orang tua kita. Pejuang ISLAM senantiasa di identikkan dengan TERORIS yang akan membahayakan orang lain. Maka lagi-lagi wajar orang tua kita khawati, cemas, takut dsb jika anaknya terlibat hal-hal yang demikian.

2. TAKUT ANAKNYA JADI TAK FOKUS DALAM MENUNTUT ILMU
Anak itu harapan orang tua. Kesuksesan seorang anak adalah impian bagi setiap orang tua. Selain itu sudah begitu banyak yang dikorbankan oleh kedua orang tua kita untuk membiayai pendidikan kita, untuk bisa mewujdkan impian dan cita-cita kita. Tak bisa dipungkiri jalan dakwah adalah jalan yang sulit untuk di lewati. Akan banyak halangan dan rintangan yang menghadang, termasuk banyaknya amanah dakwah yang harus dilaksanaka oleh pengembannya, yang tentunya akan menambah kesibukan seorang anak dalam mengahadapi kesehariannya. Dan hal ini tentunya juga telah dipahami oleh orang tua kita. Orang tua kita tentu khawatir jika kita tersibukkan dalam urusan dakwah, maka pendidikan kita akan terganggu, dan akibatnya prestasi akan menurun.

3. TAKUT KALAU ANAKNYA AKAN JATUH SAKIT
Dengan berbagai kesibukan yang dimiliki oleh setiap pengemban dakwah, mulai dari tugas kuliah (atau sekolah), membantu orang tua, sampai dakwah, tentu manusia normal akan mengalami yang namanya kelelahan. Dan hal ini lagi-lagi menjadi pembenaran bagi orang tua kita untuk melarang kita terjun ke medan dakwah. Lagi-lagi aku katakan WAJAR dan BERSYUKURLAH….!!!

Lalu apa yang sebaiknya kita lakukan jika menghadapi orang tua denga alasan-alasan tersebut?

Yang paling penting kita harus memahami orang tua kita. Kenali benar-benar apakah orang tua kita tipe yang “demokratis” atau yang “otoriter”. Hal ini penting karena akan berbeda cara meyikapinya.

TIPE  OTORITER

Hal pertama yang harus kita camkan adalah, cinta nomor 1 adalah cinta kita kepada ALLAH dan RasulNYA. Maka segala yang kita lakukan adalah berdasar kepada rasa cinta kita kepada keduanya. Seorang yang cinta kepada ALLAH dan RasulNYA tentu akan melaksanakan semua perintahNYA. Dan DAKWAH itu adalah sebuah kewajiban yang di titahkan kepada setiap MUSLIM dan MUSLIMAH. Kepada semua keturunan adam yang telah bersaksi bahwa TIADA TUHAN SELAIN ALLAH, DAN MUHAMMAD ITU UTUSAN ALLAH. (kalau ga percaya mudah-mudahan di lain kesempatan bisa menulis tentang kewajiban yang satu ini). Apapun alasannya, DAKWAH tetap sebuah kewajiban, tidak peduli dapat perssetujuan orang tua ataupun tidak. Semuanya dikembalikan kepada kita. Cinta mana yang lebih besar, kepada ISLAM, atau kepada ORANG TUA.

Hanya yang menjadi masalah adalah ISLAM juga mengajarkan kepada kita untuk selalu taat kepada orang tua, dan kita diperintahkan untuk hormat kepada orang tua. “Tidak ada ketaatan dalam kemaksiatan”. Meninggalkan dakwah adalah sebuah kemaksiatan besar yan dilakukan oleh manusia, maka tak sepantasnya kita meninggalkan dakwah karena alasan dilarang orang tua. Tapi yang perlu di ingat kita harus tetap menjaga sikap dan rasa hormat kita kepada orang tua kita. Jangan sampai kita menyakiti perasaan orang tua kita.

Maka rekomendasi dari saya sebagai sebuah solusi bagi kawan-kawan yang orang tuanya tipe “otoriter” adalah ORANG TUA KITA TAK PERLU TAHU AKAN AKTIVITAS KITA. Maksudnya kalau memang dirasa orang tua kita tak bisa mengerti dan memahami kita, maka lebih baik bagi kita untuk “main kucing-kucingan”. Apalagi seandainya jika orang tua kita tahu, maka orang tua kita langsung mengisolir kita, dan melarang tiap aktivitas dakwah kita. Tapi yang perlu di ingat juga, “sepandai-pandainya tupai melompat pasti akan jatuh juga”. Orang tua kita itu bisa jadi peramal yang ulung, dan tahusemua yang kita lakukan, sampai pada saatnya nanti aktivitas dakwah kita pun akan tercium oleh mereka. Oleh karena itu dalam prosesnya diperlukan sebuah usaha untuk sambil memahamkan orang tua kita, tentang ISLAM dan DAKWAh. tentunya dengan tetap menjaga etika dan sopan santun kita sebagai seorang anak.

TIPE “DEMOKRATIS”
Bersyukurlah bagi kawan-kawan yang orang tuanya penganut aliran “demokratis”. Manfaatkan hal ini dengan sebaik-baiknya. Berikanlah argumen-argumen yang menguatkan pilihan kita dalam memilih jalan dakwah. Lakukan penyadaran sesegera mungkin kepada orang tua kita akan wajibnhya ISLAM dan DAKWAH. Siapa tahu denga segala ergumen dan penjelasan kita orang tua kita tak hanya mendukung, tapi juga ikut ambil bagian dalam perjuangan ini.

Prinsip umumnya adalah setidaknya jangan sampai orang tua kita jadi penghalang bagi dakwah kita. Walaupun orang tua kita tidak mendukung (atau biasa-biasa saja) setidaknya orang tua kita tak melarang aktivitas dakwah kita.

Dan yang perlu diingat juga, jangan sampai alasan-alasan orang tua kita melarang kita dalam dakwah (yang 3 buah di atas) menjadi pembenaran bagi mereka untuk menjadi penghalang dakwah kita. Kita harus mempu membuktikan bahwa kita adalah pendakwah ideologis yang berdakwah tidak dengan kekerasan, tapi dengan pemikiran. Dan juga buktikan kepada orang tua kita bahwa kita mampu memberika prestasi terbaik walaupun kita juga memiliki kesibukan yang lain, DAKWAH. Bagiku ini menjadi motivasi tersendiri untuk terus meraih prestasi yang setinggi-tingginya.

1 hal lagi, jangan pernah menyalahkan ISLAM dan DAKWAH jika seandainya prestasi kita menurun ketika menjadi pengemban DAKWAH. Introspeksilah diri kita sendiri dalam memenejemen waktu.

Semua pilihan ada di tangan kita. Apakah kita memenuhi seruan Allah dan RasulNYA atau kita lari dengan beribu-ribu alasan. Dan INGAT…!!! SETIAP PILIHAN YANG KITA AMBIL AKAN DI MINTAI PERTANGGUNG JAWABAN DI HADAPAN ALLAH. MAKA PILIH LAH PILIHAN TERBAIK, SESUAI DENGAN TUNTUNANNYA.

Semoga bisa jadi perenungan kita bersama…!!!

Wallahu alam

Banjarmasin, 29 Januari 2010

***
Tulisan ini ku dedikasikan utuk kedua orang tuaku (khususnya IBUKU). Terima kasih yang tak terhingga untuk setiap limpahan kasih sayang dan perhatian yang telah diberikan. semoga kita berkumpul bersama di SYURGANYA ALLAH. AMIN…

    • rhama
    • Oktober 6th, 2010

    syukron atas tulisannya, menguatkan saya kembali jalan mana yang harus saya lalui

    • mujahidah penegak pnji al-liwa’ ar rayah
    • Juli 11th, 2011

    saya sedang mengalaminya saat ini, terimaksih atas tulisan ini, ini sangat bermanfaat,,
    bapak..ibu.. apa yg q lkukan kini, hnya untuk mmprsembhkan syurga untukmu di sisinya kelak

  1. saya hanya bisa menjanjijakn enkau ibunda ku terinta 2 hal”
    1. surga
    2. menjadi saksi engkau di surga

    • vanty
    • Desember 2nd, 2012

    Assalamualaykum wr wb, mw tanya nih min, gimana dg orag tua yg otoriter, setiap ada kegiatan dakwah, saya harus bohong terus sama orang tua saya karena beliau orang nya terlalu curiga, jadi alasan saya harus detail, sehingga saya banyak berbohong, apa tidak apa2?

  1. No trackbacks yet.

Tinggalkan Balasan ke alfatihroma Batalkan balasan