PROLOG
Seorang teman pernah bilang kepada saya bahwa ada seorang punk yang ingin memawancari saya untuk keperluan zinenya. Saya sudah tahu, pasti saya akan ditanya tentang mengapa saya keluar dari punk (untuk kemudian menggeluti Islam lebih dalam). Teman saya mengangguk, mengiyakan tebakan saya. Namun, sampai sekarang, saya belum juga diwawancara.
.
Tidak dipungkiri memang, bahwa banyak juga anak-anak punk yang kemudian mengganti ideologinya dengan pemikiran-pemikiran Islam. Saya juga tidak tahu apa penyebabnya. Apakah kebanyakan anak-anak punk memang kaum yang selalu mencari kebenaran? Saya rasa demikian. Sebab, setelah lama berkutat di dalam scene punk, saya tahu bahwa komunitas punk adalah komunitas yang luar biasa. Tongkrongan mereka sering dipenuhi dengan diskusi-diskusi segar menyangkut segala macam persoalan. Bukan hanya itu, mereka juga selalu berusaha untuk mengimplementasikan hasil diskusinya tersebut untuk menjadi aksi langsung, sehingga obrolan mereka tidak hanya sebatas talk only seperti yang dilakukan oleh para pejabat pemerintahan yang gemar obral janji tapi jarang sekali terbukti. Meskipun ada juga sebagian anak-anak punk yang hanya lebih mementingkan fashion dan malas untuk membaca, tapi di sini saya tidak ingin membahas yang itu.
.
Begitulah. Menurut saya, fenomena tentang banyaknya anak punk yang kemudian berpindah haluan ke Islam, saya tidaklah terkejut. Itu sebabnya, Wake Up! edisi kedua ini mengambil tema Don’t Forget Your Roots, and Don’t Sell Out!. Sebenarnya sih edisi kali ini Wake Up! tidak hanya ingin membahas tentang punk yang “hijrah” ke Islam saja, tapi lebih kepada makna “kembali ke Islam”. Semoga saja dengan begini seseorang yang ingin memawancarai saya itu bisa mendapatkan jawaban. Sekadar untuk mengingatkan, edisi kali ini saya tidak ada maksud untuk mendiskreditkan suatu kelompok/komunitas/kolektif apa pun. Di sini saya hanya ingin berbagi perspektif. Semoga berkenan. (Rex-editor Wake up!)
****
selanjutnya baca aja ndiri